Download

4/14/2011

Robot Line Follower 2 Transistor


Membuat robot line follower dapat dilakukan dengan 2 transistor. Rangkaian Robot Line Follower 2 Transistor ini salah satu contor rangkaian robot line follower yang di bagun dengan 2 transistor NPN sebagai driver motor dan sekaligus pengolah sinyal dari sensor. Pada rangkaian robot line follower ini terdiri dari 2 bagian yang sama, hanya beda fungsi untuk driver motor sebelah kanan dan kiri. Rangkaian sensor dari robot line follower ini menggunakan LDR dan LED. Sensitifitas sensor LDR dapat diatur dengan VR 10 yang dipasang seri dengan LDR. Untuk lebih jelasnya lihat gambar berikut.

Rangkaian Robot Line Follower 2 Transistor

Prinsip kerja rangkaian antara driver motor kanan dan kiri sama, yaitu pada saat LDR mendapat pantulan cahaya dari LED maka tahanan LDR akan menurun dan membuat transistor saturasi kemudian motor mendapat suplay dan berputar sehingga robot bergerak maju. Jadi pada saat tidak demikian maka motor tidak mendapat supply, misal salah satu sensor saja terkena line dan membuat LDR tidak menerima pantulan cahaya maka motr di bagian tersebut diam dan motor yang lain berputar dan membuat LDR tersebut kembali mendapat pantulan cahaya dan robot kembali bergerak maju.

4/11/2011

Assembly Pada MCS51

Konsep dan Struktur Bahasa Assembly Pada MCS51

x
x
Sarana yang ada dalam program assembly sangat minim, tidak seperti dalam bahasa pemrograman tingkat atas (high level language programming) semuanya sudah siap pakai. Penulis program assembly harus menentukan segalanya, menentukan letak program yang ditulisnya dalam memori-program, membuat data konstan dan tablel konstan dalam memori-program, membuat variabel yang dipakai kerja dalam memori-data dan lain sebagainya.



Program sumber assembly


Program-sumber assembly (assembly source program) merupakan kumpulan dari baris-baris perintah yang ditulis dengan program penyunting-teks (text editor) sederhana, misalnya program EDIT.COM dalam DOS, atau program NOTEPAD dalam Windows. Kumpulan baris-printah tersebut biasanya disimpan ke dalam file dengan nama ekstensi *.ASM atau nama lain misalnya *.A51 dan lain sebagainya, tergantung pada program Assembler yang akan dipakai untuk mengolah program-sumber assembly tersebut.

Setiap baris-perintah merupakan sebuah perintah yang utuh, artinya sebuah perintah tidak mungkin dipecah menjadi lebih dari satu baris. Satu baris perintah bisa terdiri atas 4 bagian, bagian pertama dikenali sebagai label atau sering juga disebut sebagai symbol, bagian kedua dikenali sebagai kode operasi, bagian ketiga adalah operand dan bagian terakhir adalah komentar.





Antara bagian-bagian tersebut dipisahkan dengan sebuah spasi atau tabulator.






    1. Bagian label

Label dipakai untuk memberi nama pada sebuah baris-perintah, agar bisa mudah menyebitnya dalam penulisan program. Label bisa ditulis apa saja asalkan diawali dengan huruf, biasa panjangnya tidak lebih dari 16 huruf. Huruf-huruf berikutnya boleh merupakan angka atau tanda titik dan tanda garis bawah. Kalau sebuah baris-perintah tidak memiliki bagian label, maka bagian ini boleh tidak ditulis namun spasi atau tabulator sebagai pemisah antara label dan bagian berikutnya mutlak tetap harus ditulis.


Dalam sebuah program sumber bisa terdapat banyak sekali label, tapi tidak boleh ada label yang kembar.





Sering  sebuah baris-perintah hanya terdiri dari bagian label saja, baris demikian itu memang tidak bisa dikatakan sebagai baris-perintah yang sesungguhnya, tapi hanya sekedar memberi nama pada baris bersangkutan.



Bagian label sering disebut juga sebagai bagian symbol, hal ini terjadi kalau label tersebut tidak dipakai untuk menandai bagian program, melainkan dipakai untuk menandai bagian data. 
Bagian kode operasi

Kode operasi (operation code atau sering disingkat sebagai OpCode) merupakan bagian perintah yang harus dikerjakan. Dalam hal ini dikenal dua macam kode operasi, yang pertama adalah kode-operasi untuk mengatur kerja mikroprosesor / mikrokontroler. Jenis kedua dipakai untuk mengatur kerja program assembler, sering dinamakan sebagai assembler directive.

Kode-operasi ditulis dalam bentuk mnemonic, yakni bentuk singkatan-singkatan yang relatip mudah diingat, misalnya adalah MOV, ACALL, RET dan lain sebagainya. Kode-operasi ini ditentukan oleh pabrik pembuat mikroprosesor/mikrokontroler, dengan demikian setiap prosesor mempunyai kode-operasi yang berlainan.

Kode-operasi berbentuk mnemonic tidak dikenal mikroprosesor/mikrokontroler, agar program yang ditulis dengan kode mnemonic bisa dipakai untuk mengendalikan prosesor, program semacam itu diterjemahkan menjadi program yang dibentuk dari kode-operasi  kode-biner, yang dikenali oleh mikroprosesor/mikrokontroler.

Tugas penerjemahan tersebut dilakukan oleh program yang dinamakan sebagai Program Assembler. 

Di luar kode-operasi yang ditentukan pabrik pembuat mikroprosesor/mikrokontroler, ada pula kode-operasi untuk mengatur kerja dari program assembler, misalnya dipakai untuk menentukan letak program dalam memori (ORG), dipakai untuk membentuk variabel (DS), membentuk tabel dan data konstan (DB, DW) dan lain sebagainya.

2. Bagian operand
Operand merupakan pelengkap bagian kode operasi, namun tidak semua kode operasi memerlukan operand, dengan demikian bisa terjadi sebuah baris perintah hanya terdiri dari kode operasi tanpa operand. Sebaliknya ada pula kode operasi yang perlu lebih dari satu operand, dalam hal ini antara operand satu dengan yang lain dipisahkan dengan tanda koma.


Bentuk operand sangat bervariasi, bisa berupa kode-kode yang dipakai untuk menyatakan Register dalam prosesor, bisa berupa nomor-memori (alamat memori) yang dinyatakan dengan bilangan atau pun nama label, bisa berupa data yang siap di-operasi-kan. Semuanya disesuaikan dengan keperluan dari kode-operasi.


Untuk membedakan operand yang berupa nomor-memori atau operand  yang berupa data yang siap di-operasi-kan, dipakai tanda-tanda khusus atau cara penulisan yang berlainan.

Di samping itu operand bisa berupa persamaan matematis sederhana atau persamaan Boolean, dalam hal semacam ini program Assembler akan menghitung nilai dari persamaan-persamaan dalam operand, selanjutnya merubah hasil perhitungan tersebut ke kode biner yang dimengerti oleh prosesor. Jadi perhitungan di dalam operand dilakukan oleh program assembler bukan oleh prosesor!

3. Bagian komentar
Bagian komentar merupakan catatan-catatan penulis program, bagian ini meskipun tidak mutlak diperlukan tapi sangat membantu masalah dokumentasi. Membaca komentar-komentar pada setiap baris-perintah, dengan mudah bisa dimengerti maksud tujuan baris bersangkutan, hal ini sangat membantu orang lain yang membaca program.

Pemisah bagian komentar dengan bagian sebelumnya adalah tanda spasi atau tabulator, meskipun demikian huruf pertama dari komentar sering-sering berupa tanda titik-koma, merupakan tanda pemisah khusus untuk komentar.

Untuk keperluan dokumentasi yang intensip, sering-sering sebuah baris yang merupakan komentar saja, dalam hal ini huruf pertama dari baris bersangkutan adalah tanda titik-koma.

Pembahasan di atas diringkas dalam Gambar 1.




Gambar 1
Program-sumber assembly




Assembly Listing

Program-sumber assembly di atas, setelah selesai ditulis diserahkan ke program Assembler untuk diterjemahkan. Setiap prosesor mempunyai program assembler tersendiri, bahkan satu macam prosesor bisa memiliki beberapa macam program Assembler buatan pabrik perangkat lunak yang berlainan.

Hasil utama pengolahan program Assembler adalah program-obyek. Program-obyek ini bisa berupa sebuah file tersendiri, berisikan kode-kode yang siap dikirimkan ke memori-program mikroprosesor/mikrokontroler, tapi ada juga  program-obyek yang disisipkan pada program-sumber assembly seperti terlihat dalam Assembly Listing di Gambar 2.

Bagian kanan Gambar 2 merupakan program-sumber Assembly karya asli penulis program, setelah diterjemahkan oleh program Assembler kode-kode yang dihasilkan berikut dengan nomor-nomor memori tempat penyimpanan kode-kode tadi, disisipkan pada bagian kiri setiap baris perintah, sehingga bentuk program ini tidak lagi dikatakan sebagai program-sumber assembly tapi dikatakan sebagai Assembly Listing.

Membaca Assembly Listing bisa memberikan gambaran yang lebih jelas bagi program yang ditulis, bagi pemula Assembly Listing memberi pengertian yang lebih mendalam tentang isi memori-program, sehingga bisa lebih dibayangkan bagaimana kerja dari sebuah program.



Gambar 2
Assembly Listing







Program Obyek format HEX

Selain Assembly Listing, hasil kerja program Asembler lainnya adalah program obyek yang dipakai untuk mengendalikan sebuah mikroprosesor/mikrokontroler, program obyek disimpan dalam file. Terdapat dua macam bentuk file penyimpan program obyek, yang pertama adalah file yang berisikan kode biner murni,  dan yang satu lagi adalah file biner yang sudah diolah menjadi file teks.


File jenis pertama biasanya dinamakan sebagai binary object file, biasanya memakai ekstensi *.BIN. File semacam ini hanya berisikan angka-angka biner yang akan diisikan ke dalam memori tanpa informasi lain, sehingga selalu dianggap bahwa bahwa file tersebut berisikan kode-kode biner yang nantinya ditempatkan mulai dari memori nomor 0. Kalau ternyata kode-kode biner diisikan mulai dari memori nomor 8000h, maka mulai posisi 0 sampai 7FFFh akan diisi dengan bilangan biner 00h, baru setelah itu menyusul kode biner yang sesungguhnya. File semacam ini banyak dipakai untuk EPROM Programmer model lama.

File jenis kedua dinamakan Hexadecimal format object file, biasanya memakai ekstensi *.BIN . Data biner dirubah ke dalam bentuk heksadesimal dan yang disimpan ke dalam file adalah kode ASCII dari bilangan heksadesimal tersebut. Misalnya data biner 00111010, atau heksadesimal 3Ah, dituliskan ke dalam file menjai 33h (kode ASCIInya angka 3) dan 41h (kode ASCIInya huruf A). Dengan cara ini isi dari file tersebut bisa dengan mudah dibaca dengan program penyunting teks (text editor) biasa, bahkan bisa di-cetak di atas kertas seperti terlihat dalam Gambar 3, file semacam itu bisa dibaca dengan text editor biasa, misalnya EDIT.COM dalam DOS, atau NOTEPAD dalam Windows.

Dalam file format HEX semacam ini, selain disimpan data biner yang akan diisikan ke ROM, berisikan pula nomor-nomor memori tempat penyimpanan data biner tersebut. EPROM programer baru umumnya memakai format file obyek semacam ini.

Gambar 3
Program obyek format HEX




Format HEX dari Intel
Ada beberapa macam format untuk membentuk file program obyek dengan format HEX (Hexadecimal format object file), meskipun demikian hanya 2 yang banyak dipakai, yakni format buatan Motorola yang dinamakan sebagai format S19 dan format buatan Intel yang biasa disebut sebagai format HEX dari Intel.

Berikut ini adalah pembahasan file program obyek dengan format HEX dari Intel yang dipakai MCS51, format ini didefinisikan dalam artikel dari Intel dengan judul Hexadecimal Object File Format Specification (http://alds.stts.edu/appnote/#MCS51).


Gambar 4
Anatomi baris-baris dalam file format HEX


File program obyek dengan format HEX dari Intel berisikan baris-baris tulisan seperti terlihat dalam Gambar4.

Setiap baris mengandung informasi tentang berapa banyak data dalam baris tersebut, alamat awal tempat penyimpanan data dalam baris tersebut, jenis baris dan sarana untuk memastikan kebenaran data yang dinamakan sebagai check sum. Dalam baris tersebut, setiap huruf (kecuali huruf pertama) mewakili satu bilangan heksa-desimal, dengan demikian setiap 2 huruf membentuk data satu byte yang terdiri dari 2 bilangan heksadesimal.

Rincian dari format tersebut sebagai berikut :

1. Huruf pertama dalam baris, selalu berisi tanda “:”, merupakan kode identitas yang menyatakan baris tersebut berisikan kode-kode biner yang disimpan dalam format HEX dari Intel.

2. Huruf ke-2 dan ke-3 dipakai untuk menyatakan banyaknya data dalam baris yang dinyatakan dengan 2 angka heksa-desimal, sehingga banyaknya data dalam 1 baris maksimal adalah 255 (atau heksa-demimal FF).

3. Huruf ke 4 sampai 7, merupakan 4 angka heksa-desimal yang dipakai untuk menyatakan alamat awal tempat penyimpanan kode-kode dalam baris teks bersangkutan.

4. Huruf 8 dan 9 dipakai untuk menyatakan jenis teks data. Nilai 00 dipakai untuk menyatakan baris tersebut berisikan data biasa, 01 menyatakan baris tersebut merupakan baris terakhir. 

5. Huruf ke 10 dan seterusnya adalah data. Setiap 2 huruf mewakili data 1 byte, sehingga jumlah huruf pada bagian ini adalah dua kali banyaknya data yang disebut pada butir 2 di atas.

6. 2 huruf terakhir dalam baris merupakan check sum. Byte-byte yang disebut dalam butir 2 sampai 5 di atas dijumlahkan, hasil penjumlahan di-balik (inverted) sebagai bilangan check sum. (Hasil penjumlahan bisa menghasilkan nilai yang lebih besar dari 2 bilangan heksadesimal, namun hanya 2 bilangan heksa-desimal yang bobotnya terkecil yang dipakai).

4/10/2011

Light Dimmer With TRIAC


sederhana yang dapat kita gunakan untuk mengatur tingkat kecerahan lampu. Rangkaian dimmer ini dapat langsung dihubungkan ke jaringan listrik AC. Rangkaian dimmer ini sangat sederhana dan mudah untuk dibuat. Rangkaian dimmer with TRIAC ini memiliki kpasitas daya maksimal tergantung dari tipe TRIAC yang digunakan. Untuk mengatur tingkat kecrahan lampu dengan dimmer ini dapat dikendalikan melaului potensiometer R1. Untuk lebih jelsnya dapat dilihat langsung di gambar berikut.

Rangkaian Light Dimmer With TRIAC

Untuk membuat rangkaian dimmer ini dapat menggunaan PCB lubang karena rangkaian dimmer sangat sederhana. Berikut daftar komponen rangkaian Light dimmer tersebut.

Daftar Komponen Light Dimmer With TRIAC

  • R1 50K Pot
  • R2 15K 1/2W Resistor
  • C1, C2 0.068 250V Capacitor
  • L1 Lamp To Be Controlled (up to 350 watts)
  • L2 Neon Lamp
  • TR1 40502 TRIAC

4/09/2011

Rangkaian Penguji Transistor

Gambar skema Rangkaian Penguji Transistor beserta komponen dan cara pembuatannya

Rangkaian Penguji Transistor. Transistor merupakan dioda dengan dua sambungan. Sambungan itu dibuat sedemikian rupa sehingga membentuk transistor tipe PNP maupun NPN. Ujung-ujung terminalnya berturut-turut disebut emitor, basis dan kolektor. Basis selalu berada di tengah diantara emitor dan kolektor. Transistor demikian disebut transistor bipolar karena struktur dan prinsip kerjanya sangat tergantung dari perpindahan elektron di kutub negatif yang mengisi lubang elektron di kutub positif. Jadi dengan begitu susunan dari sebuah transistor adalah merupakan dua buah dioda yang dipasang bertolak belakang.
Transistor pada umumnya memiliki 3 buah pin (kaki), yaitu Emitor (E), Basis (B), dan Kolektor (C). Pada pemasangan pin-pin transistor tidak boleh tertukar tempatnya. Untuk menandai kaki C pada transistor dapat dilihat berupa tanda segitiga, bintang, titik, atau bujur sangkar pada badan transistor.
By the way, pada postingan kali ini saya ingin membahas tentang Rangkaian Penguji Transistor. Gambar skemanya bisa Anda lihat dan pelajari di bawah ini.
Alat uji transistor yang saya sajikan ini bisa digunakan untuk melakukan pengujian pada transistor yang lama maupun yang masih baru. Alat ini juga mempunyai daya kemampuan yang lebih bagus dari sistem yang lainnya.
Kehebatan dari alat ini adalah mampu memberikan informasi langsung apakah komponen transistor yang diuji tersebut masih bagus atau tidak atau masuk kelas A, B, C dan semuanya itu terlihat di dalam Rangkaian Penguji Transistor.

4/08/2011

skema Penerima FM

Gambar skema Penerima FM Dengan IC TDA7000 beserta komponen dan cara pembuatannya

Sekarang  banyak  dijumpai  penerima  FM  yang  bekerja  pada  frekeunsi tinggi  yang  cantik  dalam  pembuatannya  cukup  sulit.  Kumparan  yang digunakan  dalam  penerima  FM  ada  dua  membuat  praktis  dan  mudah direalisasi.
Sebagaimana  yang  dapat  dilihat  piranti  ini  sederhana,  jumlah  komponen relatif  sedikit.  IC  berisi  semua  tingkat  penerima superheterodyne  meliputi  :mixer,  osilaor,  penguat  IF, pembatas amplitudo,  detektor  FM  dan  beberapa yang lain. Sinyal  stasiun  dari  antena  dilanjutkan  ke  rangkaian  masukan  terdiri  dari L2,  C13,  C12  dan  C14.  Ini  merupakan  rangkaian  osilator  parallel    dengan resistor  R3,  yang  mempunyai  lebar  band  dari  88  MHz  sampai  108  MHz.  Di dalam  IC  sinyal  diteruskan  ke  mixer  dimana  frekuensi  pembawa  baru diperoleh.  Penguat  IF  memungkinkan  penguatan  hanya  sinyal  yang bersangkutan, yaitu sinyal yang mempunyai frekuensi sama dengan frekuensi menengahnya.  Sinyal  diteruskan  ke  limiter,  detektor  FM,  rangkaian  frekuensi rendah  pra  penguat.  Keluaran  dari  tingkat  akhir    kaki  2  (R2  berupa  beban kolektor  dari  transistor  terakhir  dalam  pra  penguat  frekuensi  rendah).

Rangkaian  osilator  dari  osilator  lokal  (L1,  Cp,  Cs,  C  dan  C5)  dihubungkan
antara kaki 5 dan 6. L1  dan  L2  merupakan  kumparan  self-bearing (tanpa inti). Kumparan ini mempunyai ciri terbuat dari kawat yang realtip tebal, karena  itu  tidak  membutuhkan  body  itulah  mengapa  dinamakan elf-bearing
Penerima  jenis pocket biasanya tidak mempunyai S2 dan elemen R1. Bagian  penerima  yang  membutuhkan  perhatian  terbesar  selama pembuatan  adalah  rangkaian  osilator  dari  osilator  lokal,  yang  dihubungkan antara  kaki  5  dan  6.  Bila  kapasitansi  muatan  C  dapat  divariasi,  sehingga  frekuensi  resonansi  dapat  bervariasi    dari  88  MHz  (C=Cmaks)  sampai  108 MHz  (C=Cmin)  maka  semua  stasiun  dapat  didengar.    Untuk  itu  beberapa eksperimen  diperlukan  dengan  kapasitansi  Cp  dan  Cs,  untuk  awal  Cp dihilangkan.  Jika terdapat  masalah, kapasitansi Cs  dikurangi  (pada  15  pF,  10 pF dst) atau dapat dihubung singkat.
Newer Posts Older Posts Home
Aulia DirUt. Powered by Blogger.
 

Followers

 

Templates by Nano Yulianto | CSS3 by David Walsh | Powered by {N}Code & Blogger